WIB (Waktu Indonesia Bagian Bola)
9:56 PM | Author: Luke

Tidak terasa seminggu lebih ajang Piala Dunia Sepakbola antar negara berlangsung. Hiruk pikuk sepakbola menceriakan dunia ini. Pernak - pernik bola, bendera dan kostum negara kesayangan dipajang sebagai pemanis atau pun penarik pembeli. Jangan heran jika di jalan, di warkop (alias warung kopi), di angkot, di kantor, di sekolah, di kampus diskusi bola terus berlangsung. Kadang diselingi dengan ejekan atau kengototan sang penggemar terhadap penggemar yang lain. Tiba - tiba semua orang menjadi pengamat sepak bola, jago bola melebihi Carlos Dunga atau pun Lionel Messi. Jika anda tidak suka sepak bola atau tidak mengerti sepak bola, hmm…. 1 bulan ini anda akan menjadi kambing congek.

 
 

Betapa hebatnya 22 pemain, 3 wasit, 2 gawang dan 1 bola menyihir jutaan bahkan mungkin milyaran manusia. Sihirnya mampu memperbesar kantung mata para bapak atau membuat jengkel para ibu. Tetapi yang lebih hebat lagi adalah Jabulani dan Vuvuzela mampu menghentikan waktu. Tidak kurang dari 8 jam (18.30 - 2.30) penonton sepakbola bisa menghabiskan waktunya di depan televisi. Memang tontonan ini tidak sehebat pisau waktu yang diperjuangkan Dastan Pangeran dari Persia. Ia tidak mampu membalikkan waktu, namun secara relatif ia menghentikan waktu seseorang. Coba saja amati, jika seseorang menonton pertandingan sepakbola selama 2x45 menit sehari (itu adalah jumlah minimal bagi penggemar bola) maka ia minimal menghabiskan 2160 menit atau 36 jam dari tanggal 10 Juni - 11 Juli dengan berhenti tanpa aktivitas selain mengamati, mengomentari, berteriak, menendang atau memukul , tertawa dan mungkin sedikit bertengkar. Benar - benar waktu berhenti.

 
 

Tidak hanya itu, kehebatan Piala Dunia ini pun dalam sekejap mampu mengalahkan sistem waktu dan penanggalan yang sudah diperhitungkan secara rinci. Entah itu penanggalan Gregorian (Masehi), Islam(Hijriyah), China. Selama 1 bulan ini dunia punya sistem waktu khusus. Kalau diterjemahkan di Indonesia menjadi Waktu Indonesia Bagian Bola (WIB). Seseorang mahasiswa akan dengan mudah membuat janji belajar kelompok dengan mengatakan : "Kita kumpul setelah Argentina lawan Korsel, ya." Tanpa pertanyaan lagi semua tahu kapan harus kumpul. Lebih unik lagi terjadi dalam sebuah peristiwa faktual sehari - hari. Seorang Polisi yang biasa patroli di sebuah wilayah, kemudian nongkrong dengan warga sambil berbincang - bincang mengenai kejahatan curanmor. Mereka berdiskusi tentang kejadian hilangnya sebuah motor di lingkungannya. Dalam diskusi itu tiba - tiba seorang warga bertanya : "Kapan kejadiannya, pak ?" Dengan sigap pak Polisi menjawab , "Waktu Belanda main." Si warga tersebut tidak lagi menanyakan hari apa atau pun jam berapa karena ia tahu dengan pasti kapan tim Belanda bertanding.

 
 

Bola, bola…. Benar - benar bikin semua orang jelas. Iya, jelas - jelas bingung. Bingung dengan jam tidurnya, bingung dengan sistem waktunya, bingung dengan suaminya, bingung dengan bapaknya, bingung dengan komentar - komentarnya. (luk)

Perbaikan Motor
10:29 PM | Author: Luke
Berkali - kali memperbaiki motor menjadi pengalaman yang menjengkelkan sekaligus menarik, membosankan sekaligus menyenangkan. Tetapi di atas semuanya yang terpenting adalah gizi rohani yang didapatkan bersama pengalamannya.

Bagi seseorang yang mengandalkan motor untuk mobilitasnya, maka motor menjadi barang yang sangat berharga di hidupnya. Bayangkan jika tidak ada motor maka kompensasi biaya yang harus dikeluarkan untuk angkutan kota sebagai pengganti pastilah besar jumlahnya. Belum lagi perhitungan investasi waktu yang cukup besar karena kemacetan dan perilaku "ngetem" para sopir angkutan kota.

Fakta - fakta tersebut menjadi alasan bagi pengendara motor untuk menghargai dan berhati - hati dengan motornya. Apa jadinya jika motornya rusak ? Apa jadinya jika motornya tidak dapat digunakan ? Betapa sedih dan tersiksanya sang pemilik.

Ketika motor rusak, sang pemilik tidak hanya memikirkan kompensasi biaya dan investasi waktu. Tetapi ia pasti juga menggumulkan besar pengorbanan untuk memperbaiki motornya. Pengorbanan waktu yang ia butuhkan untuk mondar - mandir ke bengkel, pengorbanan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti onderdil motor. Hal ini jelas menyita pemikirannya.

Walaupun tidak sama, tetapi pengalaman ini yang mungkin ALLAH alami. Pastilah ALLAH sangat menyayangi manusia ciptaannya apalagi umat pilihannya. Bagi ALLAH umat pilihannya sangat berharga di matanya. Memang tidak seperti hubungan motor dengan pemiliknya tetapi saat ini ALLAH mempercayakan dan merelakan dirinya "bergantung" pada kinerja manusia dan umat pilihannya untuk mengerjakan misi ilahi. Begitu umatnya rusak maka pengorbanan besar harus dikeluarkan. Ingat kembali bagaimana ALLAH meluluhlantakkan dunia ini dengan air bah dan menyisakan keluarga Nabi Nuh. Ingat kembali bagaimana ALLAH membumihanguskan Sodom dan Gomora demi menghancurkan kerusakan moral yang terjadi. Dan yang paling ultimat, ingat kembali bagaimana ALLAH merelakan Yesus Kristus yang sangat dikasihi-Nya terpaku di kayu salib untuk memperbaiki kerusakan akut moralitas manusia akibat kecelakaan dosa.

Berulang kali ALLAH harus "memperbaiki" umat-Nya baik sebagai sebuah komunitas maupun sebagai pribadi. Pasti ia jengkel tetapi juga antusias karena melihat umat yang dikasihi-Nya kembali dari kerusakan. Pasti ALLAH bosan melihat kerusakan yang berulang kali terjadi pada diri manusia tetapi Ia juga senang melihat ada orang - orang yang berhasil diperbaiki.

Kalau sebuah motor harus diperlakukan hati - hati agar tidak terjadi kerusakan, terlebih hidup manusia seharusnya berhati - hati agar tidak terjadi kerusakan akibat dosa yang membuat ALLAH harus memperbaikinya.

Bagaimana dengan hidup saudara dan saya ? Apakah kita seperti motor yang terus menerus jatuh ? Ingat perbaikan yang ALLAH lakukan berarti sebuah pengorbanan. Oleh karena itu kita perlu berhati - hati dalam hidup ini.

Tuhan Memberkati.